Ahmad Fuad
1055201004
1055201004
Penulis: Muhammad Yusuf - detikinet
Jakarta - Layu sebelum
berkembang. Mungkin pepatah itulah yang paling cocok untuk kondisi WiMAX
Indonesia saat ini. Pada awalnya digadang-gadang, diributkan, begitu lahir malah
ditinggalkan. Hingga saat ini kurang jelas ke mana bekas dan arahnya. Para
gadget enthusiastic mungkin kecewa karena tidak akan merasakan teknologi 4G
yang sebetulnya setara LTE ini
Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan
pengembangan dari teknologi Wi-FI yang sudah biasa kita gunakan sehari-hari,
salah satunya sebagai wireless pada komputer atau laptop.
Secara umum dikenal dua jenis WiMAX, yaitu WiMAX untuk jaringan tetap atau
disebut Fixed WiMAX (standar IEEE 802.16d), dan WiMAX untuk jaringan bergerak
atau sering disebut Mobile WiMAX (standar IEEE 802.16e). Standar IEEE 802.16d
terbit pada Januari 2004, sedangkan IEEE 802.16e dipublikasikan tahun 2005.
Fixed WiMAX mampu mendukung kecepatan transfer data sampai 75 Mbps dengan
jangkauan sampai 50 km. Sedangkan Mobile WiMAX mampu mencapai kecepatan transfer
data hingga 15 Mbps dengan jangkauan 20-50 km.
Dengan kemampuan tersebut, WiMAX disebut sebagai jaringan generasi keempat
(4G), meskipun sebetulnya kemampuan ini belum memenuhi standar 4G yang
ditetapkan IMT-Advanced. Teknologi WiMAX lebih tepat disebut sebagai jaringan
3.9G.
Implementasi WiMAX terus merambah ke berbagai negara, hingga pada Maret 2011
Forum WiMAX melaporkan telah tergelar 582 jaringan di 150 negara. Maravedis
melaporkan jumlah pengguna WiMAX pada akhir 2011 sebanyak 25.16 juta. Sementara
ABI Research memprediksi pada akhir 2015 pengguna WiMAX akan mencapai 59 juta.
Kompetisi WiMAX vs LTE
Teknologi Long Term
Evolution (LTE) merupakan standar terbaru teknologi jaringan bergerak, sebagai
kembangan dari GSM/ EDGE dan UMTS/ HSxPA. LTE mampu memberikan kecepatan
downlink hingga 100 Mbps dan uplink hingga 50 Mbps.
Seperti halnya WiMAX, LTE sering dipromosikan sebagai jaringan 4G, meskipun
lebih tepat disebut sebagai jaringan 3.9G. Maravedis melaporkan pada akhir 2011
sudah 54 operator yang menggelar LTE secara komersial dengan jumlah pelanggan
mencapai 12.02 juta. Lebih lanjut diprediksi jumlah pelanggan pada akhir tahun
2016 bakal mencapai 469 juta.
WiMAX lahir sekitar dua tahun mendahului LTE. Versi terbaru WiMAX dan LTE
diyakini mampu memberikan kecepatan 1 Gbps untuk pemakaian tetap dan 100 Mbps
untuk pemakaian bergerak. Keduanya juga sama-sama kandidat 4G. WiMAX berasal
dari teknologi broadband Wi-FI, sedangkan LTE berasal dari teknologi bergerak
2G/3G
Analis menilai bahwa Mobile WiMAX dan LTE memiliki kinerja yang relatif
sebanding. WiMAX dan LTE dipastikan akan bersaing keras, sebagaimana persaingan
GSM dan CDMA. Namun karena LTE memiliki basis teknologi yang telah diadopsi
luas, dipastikan penetrasi LTE jauh lebih cepat dan masif dibanding WiMAX,
meskipun teknologi tersebut lahir belakangan.
Laporan Maravedis menyimpulkan bahwa pertumbuhan pesat LTE di tahun 2011 telah
menahan pertumbuhan pelanggan WiMAX yang semula berkisar 25-30 persen per tahun
menjadi 14 persen saja.
WiMAX Indonesia Sekarat
WiMAX Indonesia Sekarat
Pada November 2009, pemerintah Indonesia menetapkan pemenang tender lisensi
WiMAX untuk 15 zona secara nasional. Beberapa pemenang tender mundur hingga
pada Agustus 2010 tinggal lima operator yang mengantongi lisensi tersebut,
yaitu Telkom, Indosat Mega Media, Berca, Jasnita dan First Media.
Dari lima operator tersebut baru First Media dan Berca yang telah menggelar WiMAX secara komersial. Sedangkan Telkom, Indosat dan Jasnita tampaknya ragu-ragu untuk melangkah lebih jauh.
First Media telah menggelar WiMAX di wilayah Jabotabek dengan 10 BTS. Penjualan komersial telah dimulai awal 2011 dengan merek dagang Sitra. Pada November 2011 Sitra menyatakan telah mempunyai 7.000 pelanggan.
Dari lima operator tersebut baru First Media dan Berca yang telah menggelar WiMAX secara komersial. Sedangkan Telkom, Indosat dan Jasnita tampaknya ragu-ragu untuk melangkah lebih jauh.
First Media telah menggelar WiMAX di wilayah Jabotabek dengan 10 BTS. Penjualan komersial telah dimulai awal 2011 dengan merek dagang Sitra. Pada November 2011 Sitra menyatakan telah mempunyai 7.000 pelanggan.
Berca baru melakukan komersial pada Februari tahun ini dengan merk dagang WiGo.
Jaringan WiGO tergelar di delapan kota yaitu Medan, Balikpapan, Batam,
Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak. Sampai akhir tahun 2012 WiGO merencanakan
400 BTS WiMAX.
Kenapa teknologi kandidat 4G ini tidak populer di Indonesia? Paling tidak ada
tiga alasan penting seperti berikut. Pertama, kebijakan lisensi Fixed WiMAX.
Pada awalnya lisensi yang ditender pemerintah adalah Fixed WiMAX. Padahal pada saat
yang sama standar Mobile WiMAX telah diterbitkan dan siap komersial.
Para pemegang lisensi tampak ragu-ragu menggelar Fixed WiMAX, khawatir layanannya tidak mampu bersaing dengan Mobile WiMAX yang tentu lebih digemari pasar. Meskipun belakangan sikap pemerintah melunak, dengan mengijinkan pemegang lisensi menggelar Mobile WiMAX, namun respon tersebut di anggap terlambat.
Para pemegang lisensi tampak ragu-ragu menggelar Fixed WiMAX, khawatir layanannya tidak mampu bersaing dengan Mobile WiMAX yang tentu lebih digemari pasar. Meskipun belakangan sikap pemerintah melunak, dengan mengijinkan pemegang lisensi menggelar Mobile WiMAX, namun respon tersebut di anggap terlambat.
Kedua, kebijakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Pemerintah mensyaratkan
TKDN minimal 30 persen untuk perangkat dan 40 persen untuk base station. Maksud
kebijakan tersebut sangat baik, yaitu membangkitkan industri lokal dan transfer
teknologi.
Sehingga munculah produsen perangkat lokal seperti TRD dan HARIFF serta pembuat
chipset XIRKA. Namun konsekuensinya, harga perangkat menjadi relatif lebih
mahal karena skala ekonominya yang terbatas.
Ketiga, bayang – bayang LTE. Operator GSM sudah pasti akan menggelar LTE ketika lisensinya telah ditender pemerintah. Dengan jumlah pelanggan seluler yang telah mencapai 245 juta, penetrasi LTE tentu bakal meluas bahkan masif. Pada kondisi demikian, operator WiMAX menjadi semakin sulit bersaing melawan LTE. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia.
Ketiga, bayang – bayang LTE. Operator GSM sudah pasti akan menggelar LTE ketika lisensinya telah ditender pemerintah. Dengan jumlah pelanggan seluler yang telah mencapai 245 juta, penetrasi LTE tentu bakal meluas bahkan masif. Pada kondisi demikian, operator WiMAX menjadi semakin sulit bersaing melawan LTE. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia.
Masa Depan WiMAX Indonesia
Sejak lisensinya di
tender pemerintah tahun 2009 lalu, sampai saat ini baru First Media dan Berca
yang menjual teknologi WiMAX secara komersial. Itu pun dengan jumlah pelanggan
yang tidak signifikan.
Lalu bagaimanakah nasib WiMAX ke depan?
Sebagai operator GSM,
Indosat tampaknya batal menggelar WiMAX. Indosat diperkirakan akan lebih fokus
mempersiapkan tender LTE untuk mempertahankan 50 juta pelangganya dari gempuran
XL dan Telkomsel.
Dari kelima operator pemegang lisensi, sebenarnya Telkom dan First Media yang paling potensial mengembangkan WiMAX. Telkom dapat memanfaatkan teknologi WiMAX untuk meng-upgrade jaringan Speedy maupun Flexi. Namun sepertinya Telkom punya pilihan lain. Mungkin Telkom memilih GPON untuk Speedy dan EVDO-LTE untuk Flexi.
Dari kelima operator pemegang lisensi, sebenarnya Telkom dan First Media yang paling potensial mengembangkan WiMAX. Telkom dapat memanfaatkan teknologi WiMAX untuk meng-upgrade jaringan Speedy maupun Flexi. Namun sepertinya Telkom punya pilihan lain. Mungkin Telkom memilih GPON untuk Speedy dan EVDO-LTE untuk Flexi.
Jika Telkom dan Indosat batal menggelar WiMAX, maka tinggallah Jasnita.
Seandainya Jasnita jadi menggelar WiMAX, berarti ada tiga operator yang akan
melanjutkan kiprah WiMAX di Indonesia, yaitu First Media, Berca dan Jasnita.
Dari ketiganya, hanya Fisrt Media yang sudah punya pengalaman di industri telekomunikasi ritel.
Perkembangan WiMAX dipastikan semakin sulit manakala LTE sudah komersial. Jika
tahun depan pemerintah menggelar tender LTE, kemungkinan 2014 sudah mulai
komersial. Dengan demikian momentum WiMAX sangat singkat, yaitu 2012 – 2014. Mampukah
ketiga operator tersebut menggenjot penetrasi WiMAX dalam dua tahun ke depan?
Pada kondisi demikian, sepertinya perkembangan WiMAX tidak mungkin berlari
cepat. Karenanya wajar jika Berca hanya menargetkan sejuta pelanggan dalam lima
tahun ke depan. Teknologi WiMAX akan menjadi bonsai akibat LTE, layu sebelum
sempat berkembang. Demikianlah siklus teknologi telekomunikasi, lahir
berkembang dan akhirnya mati karena teknologi yang lebih diminati.
Bukan mencoba untuk berpromosi, namun bagi Anda penggemar teknologi seluler,
segeralah berlangganan Sitra atau WiGo jika ingin menjajal WiMAX. Karena
kemungkinan teknologi ini tidak akan berkembang luas. Dan mungkin hanya sedikit
dari pengguna seluler yang akan merasakan teknologi yang sebetulnya tidak kalah hebat
dibanding LTE ini.
Penulis:Muhammad Yusuf merupakan praktisi dan
pemerhati telekomunikasi, dapat dihubungi di myusuf298@gmail.com atau
www.myusuf298.com.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar