Ahmad Fuad
1055201004
Pada tahun 1966, Ivan Sutherland menemukan head-mounted display. Tahun 1975, seorang ilmuwan bernama Myron Krueger menemukan Videoplace yang memungkinkan pengguna, dapat berinteraksi dengan objek virtual untuk pertama kalinya.
1055201004
ilustrasi penggunaan Augmented
Reality
Penulis:
Senja Lazuardy*
KOMPAS.com - Sedikit mengulas kembali pembahasan mengenai Augmented
Reality pada tulisan sebelumnya, secara garis
besar pengertian Augmented Reality merupakan penggabungan benda-benda yang ada
di dunia maya (virtual) ke dalam dunia nyata dalam bentuk dua dimensi maupun
tiga dimensi yang dapat disentuh, maupun dilihat, dan juga dapat didengar.
Dalam Wikipedia disebutkan mengenai defenisi augmented reality (AR) dalam
bahasa Indonesia adalah realitas tertambah, teknologi yang menggabungkan benda
maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga
dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam, waktu nyata
Benda-benda
maya berfungsi menampilkan informasi yang tidak dapat diterima oleh manusia.
Hal ini membuat realitas tertambah berguna sebagai alat untuk membantu
persepsi dan interaksi penggunanya dengan dunia nyata. Informasi yang
ditampilkan oleh benda maya membantu pengguna melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam dunia nyata.
Sejarah
augmented reality
Sebenarnya
sejarah tentang augmented reality sudah dimulai dari tahun 1957-1962, ketika
seorang penemu yang bernama Morton Heilig, seorang sinematografer, menciptakan
sebuah simulator yang disebutnya Sensorama dengan visual, getaran dan bau.
Pada tahun 1966, Ivan Sutherland menemukan head-mounted display. Tahun 1975, seorang ilmuwan bernama Myron Krueger menemukan Videoplace yang memungkinkan pengguna, dapat berinteraksi dengan objek virtual untuk pertama kalinya.
Tahun
1989, Jaron Lanier, memeperkenalkan Virtual Reality dan menciptakan bisnis
komersial pertama kali di dunia maya.
Tahun
1992 mengembangkan augmented reality untuk melakukan perbaikan pada pesawat
Boeing, dan pada tahun yang sama, LB Rosenberg mengembangkan salah satu fungsi
sistem augmented reality, yang disebut Virtual Fixtures, yang digunakan di
Angkatan Udara Amerika Serikat Armstrong Labs dan menunjukan manfaatnya pada
manusia, dan pada tahun 1992 juga, Steven Feiner, Blair Maclntyre dan Doree
Seligmann memperkenalkan untuk pertama kalinya Major Paper untuk perkembangan
Prototype AR.
Pada
tahun 1999, Hirokazu Kato seorang kebangsaan Jepang, mengembangkan Augmented
Reality Toolkit di HITLab dan didemonstrasikan di SIGGRAPH.
Pada
tahun 2000, Bruce.H.Thomas mengembangkan Augmented Reality Quake, sebuah Mobile
Game Augmented Reality yang ditunjukan di International Symposium on Wearable
Computers.
Pada
tahun 2008, Wikitude Augmented Reality Travel Guide, memperkenalkan Android
G1Telephone yang berteknologi augmented reality.
Tahun
2009, Saqoosha memperkenalkan FLARToolkit (Flash Augmented Reality Toolkit)
yang merupakan perkembangan dari Augmented Reality Toolkit.
FLARToolkit
memungkinkan kita memasang teknologi Augmented Reality disebuah website, karena
output yang dihasilkan FLARToolkit berbentuk Flash. Sebenernya Saqoosha
terinspirasi dari NyARToolkit (sama-sama orang Jepang), tetapi NyARToolkit
sudah banyak bahasa yang diambil mulai dari Java, C++, C#.
NyARToolkit
juga sebenarnya mengadopsi dari ARToolkitmilik HITLab Washington. Sampai saat
ini sudah banyak sekali software-software untuk membantu programmer dalam
membuat aplikasi augmented reality.
Masa depan augmented reality
Masa depan augmented reality
Tidak
seperti Virtual Reality yang bertujuan menggantikan persepsi dunia dengan yang
buatan, augmented reality memiliki tujuan untuk meningkatkan persepsi seseorang
dari dunia sekitarnya.
Menjadi
sebagian virtual dan nyata, teknologi antarmuka baru Augmented Reality yang
mampu menampilkan informasi yang relevan ini sangat membantu dalam pendidikan,
pelatihan, perbaikan atau pemeliharaan, manufaktur, militer, permainan dan
hiburan.
Augmented
Reality memiliki banyak keuntungan dibandingkan Virtual Reality karena pengguna
dapat melihat dan menyentuh benda-benda digital dan dapat berinteraksi dengan
elemen-elemen digital. Dengan menggunakan teknologi Augmented Reality berarti
akan melahirkan jenis baru interaksi antara manusia dengan komputer. (APR)
*Penulis,
Senja Lazuardy, adalah Head of IT Division AR&Co Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar